Maulid Nabi Muhammad SAW

MESKI jarak waktu yang tidak kurang dari 15 abad menjadi pemisah antara kehidupan kita saat ini dengan kehidupan di masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam, namun beliau tidak menutup pintu dan kesempatan bagi siapa saja untuk bisa memperoleh kedudukan yang dekat dengan beliau pada hari kiamat..

Doa untuk mendapatkan jodoh yang terbaik

Dewasa ini menikah telah menjadi persoalan yang sangat pelik dan besar bagi banyak pihak. Persoalan yang mengganjal kemudahan dan kelancaran pernikahan tidak sebatas factor biaya pernikahan yang besar saja.

Syarat Seorang Anak Wajib Menafkahi Orang Tuanya

Birrul walidain dan berbuat baik ke kedua orang tua adalah amal kebaikan yang sangat mulia di dalam Islam. Kedudukannya disandingkan dengan perintah tauhid.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, April 14, 2013

Syarat Seorang Anak Wajib Menafkahi Orang Tuanya

Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, kita senantiasa memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Shalawat dan salam teruntuk hamba dan utusan-Nya, Nabi Muhammad –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Birrul walidain dan berbuat baik ke kedua orang tua adalah amal kebaikan yang sangat mulia di dalam Islam. Kedudukannya disandingkan dengan perintah tauhid (ibadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun juga) dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Ini menjadi bukti kuat keagungan amal ini. Ditambah keterangan, bahwa bakti ini sebagai bentuk syukur atas jasa-jasa keduanya sejak dikandungan, bayi sehingga menjadi besar dan dewasa.
Allah Ta'ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS. Luqman: 14)
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya." (QS. Al-Isra': 23)
Dan di antara bentuk ihsan kepada keduanya adalah dengan memberikan nafkah atau menanggung nafkah keduanya saat mereka sangat-sagat membutuhkan orang yang menafkahi mereka. Khususnya, anak-anak mereka yang mampu dan berkelapangan. Sebabnya, anak adalah orang yang paling dekat kepada orang tuanya. Jika seorang anak yang berkecukupan menanggung nafkah kedua orang tuanya yang miskin, maka itu merupakan kewajiban yang sangat penting dan memiliki pahala yang besar.
Para ulama juga telah bersepakat akan kewajiban ini. Ibnul Mundzir berkata: "Para ulama sepakat, menafkahi kedua orang tua yang miskin yang tidak punya pekerjaan dan tidak punya harta merupakan kewajiban yang ada dalam harta anak, baik kedua orang tua itu muslim atau kafir, baik anak itu laki-laki atau perempuan."
Beliau mendasarkannya kepada firman Allah Ta'ala,
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
"Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik." (QS. Luqman: 15) di antaranya melalui nafkah dan pemberian yang membuat mereka senang.
. . . di antara bentuk ihsan kepada keduanya adalah dengan memberikan nafkah atau menanggung nafkah keduanya saat mereka sangat-sagat membutuhkan orang yang menafkahi mereka . . .
Dan disyaratkan kewajiban menafkahi ini adalah kelapangan rizki si munfik (anak) dan kesulitan yang dialami orang tua dan butuhnya ia kepada nafkah tersebut. (Lihat: Al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah: 39/22)
Jika kondisi anak miskin maka ia tidak berkewajiban memberikan nafkah kepada orang tuanya atau orang terdekatnya.
Ibnu Qudamah di dalam Al-Mughni (9/258) menjelaskan tentang adanya tiga syarat dalam kewajiban nafkah ini: Pertama, orang yang dinafkahi (orang tua) adalah orang miskin yang tidak memiliki harta dan pekerjaan yang mencukupkannya dari mengharapkan nafkah orang lain. Sebaliknya, jika orang tua punya banyak harta atau pekerjaan yang mencukupinya maka ia tidak wajib diberi nafkah. Karena nafkah ini sebagai bentuk bantuan, sedangkan orang yang banyak harta tidak butuh kepada bantuan.
Kedua, orang yang wajib menafkahi telah berkecukupan untuk menafkahi dirinya sendiri; baik dari hartanya atau pekerjaannya. Sedangkan orang yang tidak memiliki harta yang lebih maka ia tak berkewajiban sama sekali. Hal ini berdasarkan hadits shahih riwayat Jabir, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ فَقِيرًا فَلْيَبْدَأْ بِنَفْسِهِ فَإِنْ كَانَ فِيهَا فَضْلٌ فَعَلَى عِيَالِهِ فَإِنْ كَانَ فِيهَا فَضْلٌ فَعَلَى ذِى قَرَابَتِهِ
"Apabila salah seorang kalian miskin maka hendaklah ia mulai dari disrinya sendiri. Jika telah lebih maka atas keluarganya. Jika masih ada lebihnya maka kepada kerabat dekatnya." (HR. Abu Dawud)
Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu meriwayatkan, ada seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan berkata: Ya Rasulullah, aku punya beberapa dinar. Beliau bersabda: sedekahkanlah untuk dirimu. Ia berkata lagi; aku masih punya lagi. Beliau bersabda;  sedekahkanlah untuk anakmu. Ia berkata: aku masih punya lagi. Beliau bersabda: sedekahkanlah untuk istrimu. Ia berkata: aku masih punya lagi. Beliau bersabda: sedekahkanlah untuk pembantumu. Ia berkata: aku masih punya lagi. beliau bersabda: engkau lebih tau itu." (HR. Abu Dawud dan dihassankan oleh Al-Albani) sesungguhnya memberi nafkah ini adalah muwasah maka tidak wajib atas orang yang membutuhkan (miskin) sebagaimana zakat.
Ketiga, orang yang menafkahi adalah warisnya. Karena antara yang diwarisi dan mewarisi ada hubungan kekerabatan maka keberadaan waris lebih berhak terhadap harta orang yang diwarisi dari sekalian manusia maka selayaknya ia berkekhususan untuk menafkahinya daripada selainnya. Hal ini didasarkan kepada firman Allah Ta'ala,
وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ
"Dan waris pun berkewajiban demikian." (QS. Al-Baqarah: 233)
Di sini perlu dicatat, bahwa jika misalnya orang tua mampu sehingga ia tidak diwajibkannya memberi nafkah untuk orang tua yang berkecukupan bukan berarti si anak tidak dianjurkan untuk memberikan sesuatu dari hartanya kepada orang tuanya. Ia tetap dianjurkan untuk memberi hadiah, oleh-oleh, atau jatah bulanan sebagai kesempurnaan ihsan (berbuat baik) kepada keduanya walau kedua tidak betul-betul membutuhkannya. Kecuali orang tuanya yang menolak karena kasihan kepada anaknya atau supaya disalurkan kepada yang lebih membutuhkan. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Mengenal Masa Subur ( KB Alami Bagian 1)

Sekian banyak kasus kekacauan hormonal dan gangguan alat reproduksi pada para ibu merupakan dampak dari penggunaan kontrasepsi hormonal (pil, suntik, implan) maupun teknik (IUD/spiral, kondom).  Hal ini insya Allah dapat kita antisipasi jika kita melakukan program KB alami.
Allah Subhanahu wata’ala memberikan perempuan siklus hormonal yang jika itu kita amati agak mendalam sangat membantu kita dan suami untuk merencanakan dan menghindari kehamilan. Dan pengamatan ini insya Allah tidak terlalu sulit atau menyita banyak energi, sangat ringan dan sederhana karena siklus ini berulang setiap bulan.
Apa Itu Masa Subur?
Jika suami selalu dalam kondisi subur, maka seorang istri  memiliki siklus kesuburan pada setiap bulannya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan masa subur bagi perempuan? Singkatnya, masa subur perempuan adalah masa dimana kemungkinan sel telur (ovum) matang akan dilepaskan oleh indung telur (ovarium).
Menurut dr. Ahmad Yasa Sp.OG dalam uraiannya di Milis Sehat artikel tahun 2004 menyebutkan bahwa dalam setiap bulan atau dalam setiap satu siklus haid, normalnya hanya ada sebuah sel telur saja yang matang, dan kemudian dikeluarkan oleh kandung telur ke mulut saluran yang menuju rongga rahim (ovulasi). Namun sel telur matang ini setelah keluar dari kandung telur, ternyata masa suburnya hanya berlangsung sebentar saja, karena sel telur matang ini hanya mampu bertahan hidup beberapa jam saja. Bila pada saat ovulasi atau tepat pada hari ketika keluarnya sel telur matang ini dilakukan hubungan suami istri, dan sel sperma berhasil membuahi sel telur matang ini, maka akan terjadi kehamilan, asalkan tidak terdapat faktor kelainan atau penghambat.  
Hal ini karena dalam setiap satu siklus bulanan, masa subur wanita hanya terjadi pada satu hari ketika ovulasi saja. Adapun sperma, masa suburnya itu terjadi setiap hari, sehingga setiap saat keluar ketika hubungan badan, sel sperma normalnya selalu dalam keadaan subur.
Jadi secara teori, hanya hubungan badan yang dilakukan disekitar ovulasi saja yang bisa menyebabkan kehamilan. Sedangkan hubungan suami istri yang dilakukan di luar ovulasi atau diluar masa subur wanita maka tidak akan menyebabkan kehamilan, karena di luar masa subur tersebut tidak akan ada sel telur matang yang bisa dibuahi. Namun, kaidah ini hanya merupakan tataran kausalitas (sebab-akibat) kita pada ranah usaha, tidak boleh kita jadikan i’tiqad karena penciptaan adalah hak Allah. Illa masya Allah.
Justru ada hikmah yang dapat kita petik dari fenomena ovulasi yang kita tidak dapat pastikan kapan tepatnya ini, karena seperti diuraikan bahwa perempuan normalnya hanya melepaskan sebuah sel telur setiap bulannya dan usia sel telur tersebut hanyalah beberapa jam saja. Sungguh ajaib jika bertepatan saat sel telur itu hidup itu sepasang suami istri diberikan insting untuk melakukan hubungan suami istri, sehingga sel telur istri bertemu dengan sel sperma suami, sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Kita memang bisa mengira-ngira kapan terjadi ovulasi, tapi kita tak pernah tahu kapan tepatnya sel telur matang itu keluar dan bertahan hidup. Jadi memang benar kehamilan dan penciptaan adalah hak Allah.
Masa Subur, Ujian bagi Kaum Hedonis
Masa ovulasi perempuan ini pula ternyata dapat menjadi ujian bagi kaum hedonis, para pemuja kesenangan sesaat. Mereka yang senang melakukan seks bebas seringkali ketempuhan karena perzinaannya yang dilakukan tergesa-gesa itu bertepatan dengan masa ovulasi pasangan perempuannya. Terjadilah kehamilan, namun tidak diharapkan dan menjadi aib yang melekat dan ditanggung seumur hidup, bahkan sampai akhirat. Lihatlah, betapa banyak remaja-remaja linglung yang hanya melakukan satu kali perzinaan lantas hamil. Illa masya Allah. Allahu akbar. Na’udzubillahi mindzalik.
Semoga Allah menjaga diri dan keluarga kita agar selalu menjadikan fenomena-fenomena yang ada pada diri kita sebagai pelajaran hanya dan hanya untuk memaksimalkan ketaatan kita padaNya.
 Insya Allah pada artikel ini berikutnya akan diuraikan tentang kapankah masa subur itu terjadi. Wallahu’alam.
(esqiel/muslimahzone.com)

Meneladani 4 Perempuan Dambaan Surga

Di era serba instan ini, banyak godaan materi yang senantiasa dihadapi oleh kaum perempuan. Namun, untuk menghindari godaan-godaan tersebut kita selalu diingatkan oleh Allah untuk memulai sesuatu hal dengan bersyukur. Bersyukur dengan apa yang dalam diri, khususnya bersyukur terhadap segala hal yang tidak tampak, seperti ketaatan, kesehatan diri, ketenangan yang ada di dalam hati, serta lingkungan yang baik. Itulah nikmat syukur yang harus kita dahulukan, sebelum mensyukuri hal lain.
Terkait dengan qalbu, kita juga harus melakukan permohonan maaf dan memaafkan. Tak sedikit keadaan yang membuat kita jengkel atau sedih, dimana di luar kendali kita. Oleh karena itu, setiap hari diusahakan kita berintrospeksi diri dengan meminta maaf dan memaafkan. Jangan sampai, ketika kita berbuat amalan, masih ada satu ganjalan dalam hati yang kita rasakan, yaitu mendendam.
Saudaraku, ketika kita ditanya: “Bagaimana menjadi perempuan dambaan syurga?“, kita tidak perlu mencari buku atau broswing internet, karena Allah telah memberikan pedoman lengkapnya, yaitu melakukan perbuatan dan ibadah yang didambakan oleh syurga, sesuai al-Qur’an dan As-Sunah.
Saat ini perempuan identik dengan kecantikan lahiriah, sampai-sampai banyak produk kecantikan yang memberikan iming-iming kulit putih dalam waktu satu minggu. Sayangnya tidak jarang para perempuan tidak melihat berapa harga yang ditawarkan. Asal bisa putih dan cantik, mereka berharap bisa membayar berapa pun. Padahal, ada kecantikan yang tak akan pernah pudar yaitu yang ada dalam qalbu. Kecantikan itu berupa ketaatan kepada Allah, kesederhanaan, kelembutan dan pengorbanan.
Dalam Surat An-Nahl (16) : 97 berbunyi : “ Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa telah mereka kerjakan”.
Dalam surat tersebut kita mengerti, bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal kebajikan harus disertai iman. Ketika iman sudah bersemayam dalam qalbu, dan ketika melakukan kebaikan maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang baik pula.
Melalui media elektronik kita bisa melihat, perempuan yang mempunyai paras cantik dan kepintaran, dipuja-puja di ajang Miss Universe. Tak dapat dipungkiri, jika beberapa remaja mengidolakan mereka. Melihat fenomena tersebut, para ibu harus menanamkan pada anak-anak mereka sejak dini, bahwa perempuan yang didamba syurga bukan mereka yang bergelar Miss Universe atau Putri Indonesia, tetapi seperti yang ada dalam sebuah hadist berikut ini:
Wanita paling utama di surga adalah Khadijah binti Kuwalid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imrah dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun.” (HR. Ahmad dan Thabrani)
Perempuan dambaan al-Qur’an adalah sebagaimana Khadijah, Fatimah, Maryam, maupun Asiyah. Kita sebagai perempuan harus meneladani sifat-sifat mereka, bukan meniru sifat-sifat Miss Universe, Putri Indonesia, atau perempuan-perempuan yang masih jauh dari syariat Islam atau masih melanggar perintah Allah.
Berbicara tentang Khadijah binti Khuwalid , ada ucapan Rasulullah untuk Ummul Mukminin Khadijah kita yaitu “Allah SWT tidak akan memberikan wanita pengganti untukku yang lebih baik darinya. Ia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar kepadaku. Ia mempercayaiku ketika orang – orang mendustakanku, ia menghiburku dengan hartanya ketika orang-orang menghalangiku. Ia memberiku anak keturunan ketika istri-istriku yang lain tidak bisa memberinya untukku.
Kisah tersebut menjelaskan, bahwa saat Rasulullah mendapatkan wahyu di Gua Hira, maka Khadijahlah adalah wanita pertama yang menenangkan, sekaligus beriman dan mempercayai Muhammad sebagai Rasul. Ketika itu, Khadijah juga mengorbankan hartanya untuk berjuang di jalan Allah. Masya Allah. Begitulah Khadijah, wanita yang penuh pengorbanan selama hidupnya.
Ketika berbicara tentang Fatimah binti Muhammad, maka dalam sebuah hadist disebutkan, bahwa “Sesungguhnya Fatimah adalah pemimpin wanita penghuni surga.” (HR. Al-Hakim). Bahwa Fatimah menggantikan fungsi ibunya dalam mengurusi ayahnya Rasulullah SAW, setelah ibundanya wafat. Ia hidup dalam kesederhanaan dan sifat yang paling menonjol adalah tidak pernah mengeluh akan kekurangan hartanya.
Begitu pula Asiyah binti Muzahim. Ia adalah suri tauladan bagi wanita beriman. Ia adalah istri Firaun, pemimpin yang mengaku Tuhan, sangat berkuasa, kafir, dan menggetarkan istana, karena kesyirikan dan paganismenya. Meski istri seorang Firaun, iman Asiyah sangat dalam. Hubungannya dengan Allah sangat kuat, pemahamannya luar biasa, ucapannya halus, logikanya tajam, dan permintaannya halus.
Perempuan terakhir dambaan al-Qur’an adalah Maryam ibunda Isa AS. Dalam surat Ali Imron ayat 42 tertulis: “Hai maryam sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa  hidup dengan kamu).“. Ia adalah satu-satunya perempuan suci, yang melahirkan putra tanpa ayah. Satu-satunya perempuan yang namanya disebut dalam Al-Qur’an beberapa kali. Bahkan ia menjadi nama salah satu surat dalam Al-Qur’an.
Saudaraku, semoga kita semua dapat berusaha meneladani perempuan dambaan Syurga di atas. Amiin. *
Oleh, Ust. Bachtiar Nasir
(esqiel/salingsapa/muslimahzone.com)

Menyelamatkan Pernikahan dengan Tabayun

Tak ada kenikmatan dunia yang paling membahagiakan selain rumah tangga yang teduh, tentram, penuh cinta, dan kasih sayang. Sebaliknya satu hal di dunia yang paling menyiksa dan menyesakkan dada adalah rumah tangga yang tak harmonis.
Memegang teguh institusi pernikahan memang bukan perkara gampang, sebab ia adalah harta yang paling berharga yang selalu diintai para pencuri yakni setan laknatullah ‘alaih. Tak henti-henti setan mencari celah pecah belah, jika bukan istri yang digoda, maka suami yang digoda, atau anak-anak bahkan tetangga. Setan memang sangat berkepentingan di sini, sebab adalah sebuah prestasi amat prestise di kalangan setan, jika ada di antara mereka yang mampu memporak-porandakan sebuah ikatan pernikahan yang suci itu.
Salah satu yang sering memicu keributan suami-istri adalah adanya komunikasi yang mandeg antara keduanya. Suami maunya apa, istri maunya apa, tidak saling sampai. Pesan-pesan menjadi pending. Jika begini kedua-duanya biasanya akan saling menyimpulkan dan bermain tebak-tebakan sesuai dengan apa yang ada dalam benaknya masing-masing. Dan sayangnya, seringkali tebakan dan kesimpulan kedua-duanya salah. Ini dikarenakan perbedaan sudut pandang dan latar belakang keduanya. Secara kodrati, laki-laki dan perempuan memang berbeda dalam memandang dan menyelesaikan masalah. Di sini intinya. Malah, saking bedanya ada yang berkata: Laki-laki dan perempuan itu berasal dari planet yang berbeda, man from Mars and woman from Venus.
Budaya Tabayun amat Menolong
Pertengkaran kerapkali terjadi bukan lantaran hal-hal yang mendasar. Tetapi hanya karena persoalan-persoalan kecil yang kita ungkapkan dengan cara yang salah. Karena biasanya kita seringkali meyampaikan perasaaan kita bahkan kesimpulan dan keinginan-keinginan kita sebelum membicarakan dengan tenang apa yang terjadi. Kalau begini komunikasi kita menjadi kursif (saling menyalahkan). Padahal sebagaimana disebutkan di atas, kita dan pasangan memang cenderung berbeda dalam memandang masalah.
Maka, di sini pentingnya kita melakukan tabayun (klarifikasi). Kita harus mengorek dulu apa sebenarnya maksud pasangan kita, menggali pikirannya dan meminta penjelasannya. Memang dibutuhkan kontrol emosi yang baik untuk mempraktikkan hal ini. Langkah awal yang mutlak harus kita lakukan adalah menata hati agar tetap berbaik sangka (husnudzan) kepada pasangan dan mempertahankan kekuatan hati untuk ishlah (melakukan perbaikan). Jadi, selama klarifikasi belum kita dapatkan, tahan semua prasangka begini dan begitu, tahan diri untuk membuat kesimpulan dan bermain tebak-tebakan.
Setelah tabayun kita lakukan, setelah kita memahami apa maksud suami atau istri kita. Barulah kini saatnya kita menyampaikan apa perasaan kita, apa yang kita pahami dari masalah tersebut, dan apa yang kita inginkan sebagai solusi. Kalau perlu, sebelumnya sudah kita tulis apa yang hendak kita sampaikan, agar kita siap menyampaikannya.
Dengan langkah ini, insya Allah gagasan dan pesan bisa kita sampaikan dengan lebih baik sekaligus lebih mudah diterima. Kita juga jadi lebih lapang menerima kritik, menyadari dan menggunakannya sebagai pijakan untuk berubah. Tidak perlu ada yang merasa dipermalukan karena ini untuk sebuah perbaikan. Kalau kita salah, kita lebih ringan untuk meminta maaf juga lebih ikhlas untuk memaafkan pasangan. Hubungan kita dan pasangan menjadi mesra dan harmonis. Jika begini, setan jadi gigit jari. Wallahu’alam, wallahulmusta’an. (esqiel/muslimahzone.com)

Friday, March 15, 2013

Ayah..Lamarkan Dia Untukku

Di dunia ini, banyak sekali kisah cinta yang mengagumkan. Di antaranya adalah kisah berikut ini, kisah cinta seorang ustadz “istimewa” dan seorang ustadzah pengajar AL-Quran yang dipublikasikan oleh Saudi Gazette pada 18 Februari 2010. Berikut sekilas tentang kisah cinta istimewa kedua insan tersebut:
***
Abdullah, pernah hampir mati tenggelam di kolam renang di sebuah club olahraga di Jeddah, Arab Saudi. Dia tenggelam di dalam air selama 15 menit. Hal itu menyebabkan kerusakan besar pada otaknya yang mengakibatkan ia lumpuh.
Insiden itu membuat hidupnya berubah total, ia memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk Islam.
Kisah cinta yang istimewa ini dimulai ketika Abdullah Bani’mah, yang tubuhnya benar-benar lumpuh, hadir dalam sebuah program televisi untuk berceramah menyampaikan pesan-pesan Islam di beberapa negara di dunia.
Suatu hari akhwat yang kelak menjadi istrinya menonton acara TV tersebut. Ia kagum pada Abdullah. Dengan segera ia mengatakan kepada ayahnya bahwa ia ingin menikahi Abdullah karena ia mengaguminya sebab keberaniannya dan keikhlasannya menjalani kelumpuhannya dan karena dedikasinya terhadap Islam.
Tak lama mimpi sang gadis menjadi kenyataan, ia dan Abdullah menikah dengan bahagia. Kerabat dan kawan mereka memberikan selamat pernikahan kepada mereka di Al-Salam Wedding Hall di Jeddah.
Dhaiffal bin Saad al-Ghamadi, ayah pengantin wanita (istri Abdullah), mengatakan:
“Putriku, yang bekerja sebagai guru di salah satu sekolah tahfidz Al-Quran di Jeddah, memilih Abdullah berdasarkan keinginannya sendiri. Setelah bersikeras ia ingin menikahinya, Saya tunduk pada keinginannya.”
Dhaifallah mengatakan alasan mengapa putrinya ingin menikahi Abdullah bahwa alasannya adalah karena agar mereka berdua bisa saling bahu-membahu di jalan Allah.
Omar Banamh, ayah pengantin pria, mengatakan: 
“Saya tidak tahu harus berkata apa-apa melainkan berdoa kepada Allah untuk memahkotai pernikahan ini dengan memberkahi mereka dengan keturunan yang shalih.”
Dia mengatakan bahwa ia berharap Abdullah bisa melihat anak-anaknya lahir dan tumbuh dengan normal.
Abdullah sangat gembira akan pernikahannya ini.
“Pada awalnya Saya tidak percaya ini adalah keinginannya. Dia sangat mengejutkanku. Saya tidak akan pernah melupakan kemuliaan dirinya dan bersikeras menerima saya sebagai suaminya. Saya berdoa kepada Allah setiap siang dan malam untuk membuat saya mampu membahagiakannya sepanjang hidup saya,” katanya.
Dia mengatakan bahwa ia tidak akan pernah melupakan banyaknya orang yang hadir untuk mendoakan pernikahan bahagianya.
***
Poin penting dari kisah tersebut adalah, Maasya Allah, akhwat tersebut, ayahnya, keluarganya patut dipuji. Tidak banyak orang yang dapat menerima kecacatan orang lain, terlebih menjadi pasangan hidupnya atau pasangan anaknya. Keluarga Al-Ghamadi tersebut adalah keluarga terpandang dari “kalangan atas.” Tetapi hal itu tidak membuat mereka malu menerima seorang shalih yang memiliki kekurangan fisik. Bukti bahwa keluarganya adalah keluarga yang bertakwa sehingga menilai Abdullah dari agamanya. Dan inilah yang dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk para orangtua untuk menerima calon suami yang baik agama dan akhlaknya bagi puteri mereka, jika memang keduanya saling suka atau mencintai.
Kebahagiaan itu tempatnya di hati, bukan pada fisik atau materi.
(zafaran/muslimahzone.com

Friday, February 1, 2013

Doa perlindungan dari bencana datang bertubi-tubi

Sesuai namanya, bulan Januari tahun ini benar-benar menjadi bulan "hujan sehari-hari". Hujan lebat dalam waktu berjam-jam telah mengguyur sebagian besar wilayah negeri ini. Di ibukota Jakarta, hujan telah mengakibatkan banjir yang merendam banyak wilayah. Sarana transportasi dan kegiatan warga banyak yang lumpuh total oleh banjir dan genangan air yang bertahan selama berhari-hari.
Beberapa jalur transportasi kereta api, bis dan angkot lumpuh karena banjir. Pasar tradisional, pabrik, sekolah dan perkantoran tak bisa melangsungkan aktivitasnya karena sebab serupa. Beberapa orang dilaporkan meninggal terseret banjir, sementara puluhan ribu warga lainnya harus dievakuasi. Masyarakat Transportasi Nasional pada Kamis (17/1/2013) memperkirakan kerugian akibat lumpuhnya kegiatan ekonomi di Jakarta mencapai dua miliar rupiah per jam. Sebuah angka yang sangat tinggi.
Selain berusaha maksimal untuk menanggulangi dampak lanjutan dari bencana banjir yang saat ini melanda, tiada yang bisa kita lakukan selain memperbanyak doa kepada Allah Ta'ala. Kita harus senantiasa berdoa kepada-Nya semoga bencana banjir ini tidak bertambah parah. Semoga Allah memberikan kesabaran dan ketegaran kepada kita untuk menjalani musibah ini.
Salah satu doa yang selayaknya kita sering baca dalam kondisi saat ini adalah doa berikut ini:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ البَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ القَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari musibah yang tidak kuat aku tanggung, sebab-sebab datangnya kebinasaan, takdir yang membawa akibat buruk dan kegembiraan musuh atas penderitaanku."
Doa ini berasal dari sebuah hadits yang shahih berikut ini:    
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ جَهْدِ البَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ القَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ»
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam berlindung (kepada Allah Ta'ala) dari musibah yang tidak kuat ditanggung, sebab-sebab datangnya kebinasaan, takdir yang membawa akibat buruk dan kegembiraan musuh." (HR. Bukhari no. 6347 dan Muslim no. 2707)
Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi rahimahullah dalam catatan kakinya atas Shahih Muslim memberikan penjelasan atas makna hadits di atas sebagai berikut:
جَهْدِ البَلاَءِ : Musibah atau kesulitan yang manusia tidak mampu menanggungnya dan ia tidak mampu menolaknya dari dirinya sendiri.
دَرَكِ الشَّقَاءِ : Tertimpa penderitaan dan kesulitan serta terjadinya sebab-sebab kebinasaan.
سُوءِ القَضَاءِ : Takdir yang telah ditetapkan Allah yang tidak disenangi oleh manusia.
شَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ : Musuh gembira atas penderitaan yang menimpa kita atau musuh sedih atas kegembiraan yang kita rasakan.
Wallahu a'lam bish-shawab.
(muhib almajdi/arrahmah.com)